Hei...
Ketemu lage di blog yang super gelap ini...
Kemaren gw baru aja selesae bikin Gravity pertama gw...
Dan inilah hasilnya...
So, Please leave a comment...
Thanks...
12 May 2009
06 May 2009
Why...?
Setelah menenggelamkan The Yellow Submarine di Perempat final lewat agregat 4-0 dan memukul Portsmouth deangan skor 3-0 di kandang Portsmouth, Arsenal kembali memperlihatkan performa yang angin-anginan.
Walaupun sudah dengan skuad utamanya plus bermain di Emirates Stadium, Arsenal masih belum bisa mengalahkan United. Hasil ini kontras dengan hasil yang mereka dapat saat menghadapi Portsmouth dimana mereka berhasil menekuk Pompey dengan skuad "buangan".
Saat menghadapai MU, para pemain Arsenal terlihat kurang padu dan tidak sabaran. Karena itu, serangan yang mereka hasilkan jarang yang menyulitkan Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic. Umpan-umpan lambung yang dilesakkan punggawa Arsene Army pun tak terarah. Oleh karena itu, Van der Sar hanya tinggal duduk manis di depan gawangnya menanti crossing yang malah mengarah kepadanya.
Hanya ada beberapa pemain yang bekerja keras untuk mengejar ketinggalan Arsenal, merekalah The Real Gunners, yaitu Bakary Sagna, Samir Nasri, Theo Walcott, dan Manuel Almunia. Yang lainnya, (termasuk Fabregas, Adebayor, dan van Persie) hanya dapat berlindung malu dibawah ketiak Walcott dkk.
Pilihan untuk memasang Gibbs (selain keteledorannya yang membuahkan gol bagi MU) cukup baik karena beberapa kali pemain itu berhasil menahan penetrasi dari CR7. Itu berbeda dengan pilihan Arsene dengan memasang Robin van Persie sebagai striker. selama sekitar 75 menit dia bermain, tak ada kontribusi nyata dari Persie. Dia lebih sering "menemani" rekan senegaranya, Van der Sar di lini pertahanan MU, padahal Adebayor yang notabene adalah Targetman malah harus berlari-lari mengejar bola. Jika saya menjadi Arsene, untuk memasukkan namanya di bench pun tidak.
Satu-satunya bumper untuk tidak menilai penampilannya buruk adalah shootingnya yang masih dapat diblok Van der Sar dan gol penaltinya. Namun, penalti juga tidak bisa dinilai sebagai kehebatan karena itu hanya masalah keberuntungan. Jika Indonesia melawan Brazil hanya dengan adu penalti, bisa saja Indonesia menang karena presentase gol dari tendangan 16 pas adalah 95%. Jadi, seorang Bambang pun dapat membobol kiper terbaik dunia, siapa pun juga.
Namun, tahun demi tahun akan membentuk karakter para Arsene Army hingga akhirnya mereka menjadi pemain yang benar-benar matang. Dan jika masa itu tercapai, saya yakin 100%, Arsenal dapat mengalahkan klub manapun dan membawa Quintuple ke Emirates Stadium, seperti masa keemasan Arsenal bersama Thierry Henry, Dennis Bergkamp, David Seamens dan Patrick Vieira.
Walaupun sudah dengan skuad utamanya plus bermain di Emirates Stadium, Arsenal masih belum bisa mengalahkan United. Hasil ini kontras dengan hasil yang mereka dapat saat menghadapi Portsmouth dimana mereka berhasil menekuk Pompey dengan skuad "buangan".
Saat menghadapai MU, para pemain Arsenal terlihat kurang padu dan tidak sabaran. Karena itu, serangan yang mereka hasilkan jarang yang menyulitkan Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic. Umpan-umpan lambung yang dilesakkan punggawa Arsene Army pun tak terarah. Oleh karena itu, Van der Sar hanya tinggal duduk manis di depan gawangnya menanti crossing yang malah mengarah kepadanya.
Hanya ada beberapa pemain yang bekerja keras untuk mengejar ketinggalan Arsenal, merekalah The Real Gunners, yaitu Bakary Sagna, Samir Nasri, Theo Walcott, dan Manuel Almunia. Yang lainnya, (termasuk Fabregas, Adebayor, dan van Persie) hanya dapat berlindung malu dibawah ketiak Walcott dkk.
Pilihan untuk memasang Gibbs (selain keteledorannya yang membuahkan gol bagi MU) cukup baik karena beberapa kali pemain itu berhasil menahan penetrasi dari CR7. Itu berbeda dengan pilihan Arsene dengan memasang Robin van Persie sebagai striker. selama sekitar 75 menit dia bermain, tak ada kontribusi nyata dari Persie. Dia lebih sering "menemani" rekan senegaranya, Van der Sar di lini pertahanan MU, padahal Adebayor yang notabene adalah Targetman malah harus berlari-lari mengejar bola. Jika saya menjadi Arsene, untuk memasukkan namanya di bench pun tidak.
Satu-satunya bumper untuk tidak menilai penampilannya buruk adalah shootingnya yang masih dapat diblok Van der Sar dan gol penaltinya. Namun, penalti juga tidak bisa dinilai sebagai kehebatan karena itu hanya masalah keberuntungan. Jika Indonesia melawan Brazil hanya dengan adu penalti, bisa saja Indonesia menang karena presentase gol dari tendangan 16 pas adalah 95%. Jadi, seorang Bambang pun dapat membobol kiper terbaik dunia, siapa pun juga.
Namun, tahun demi tahun akan membentuk karakter para Arsene Army hingga akhirnya mereka menjadi pemain yang benar-benar matang. Dan jika masa itu tercapai, saya yakin 100%, Arsenal dapat mengalahkan klub manapun dan membawa Quintuple ke Emirates Stadium, seperti masa keemasan Arsenal bersama Thierry Henry, Dennis Bergkamp, David Seamens dan Patrick Vieira.
Match Report (Man Utd vs Arsenal)
Leg II Semifinal Champions League antara MU vs Arsenal di Emirates Stadium sempat mencekik para pendukungnya. Betapa tidak, sejak The Gunners pindah ke Emirates, MU belum bisa menang di Emirates Stadium.
Keberanian Wenger memasang Gibbs di lini belakang membawa petaka bagi Arsenal. Berawal dari fast break cepat ala United yang dimotori CR7, Ji-Sung Park berhasil menceploskan si kulit bundar ke gawang Almunia pada menit ke-8, sekaligus membawa MU unggul 1-0.
Baru 3 menit berselang, The Funchal Boy, Cristiano Ronaldo berhasil menggandakan keunggulan MU setelah berhasil merobek gawang Almunia lewat 40 Yard Free Kick ala Ronaldo.
Tertinggal 2-0, Arsenal coba mengejar dengan bermain menyerang, namun kurangnya koordinasi dan kokohnya lini pertahanan Red Devils membuat para Young Guns frustasi.
Fast break United terbukti menjadi momok berbahaya bagi Arsenal, terbukti pada menit ke-61 Ronnie kembali memaksa Almunia memungut bola dari gawangnya. Kerja samanya bersama Rooney dan Ji-Sung Park berhasil mengelabui Almunia untuk ke-3 kalinya.
Sekitar 15 menit berselang, Robin van Persie berhasil mengakhiri keperawanan gawang Van der Sar setelah tendangan penaltinya mengelabui kiper veteran asal Negeri Kincir Angin tersebut. Penalti diberikan Roberto Rosetti karena Darren Fletcher dinilai melanggar Fabregas di kotak 16 yang juga mengakibatkan dihadiahkannya kartu merah pada Fletcher.
Pertandingan telah usai dan selalu ada yang menang dan yang kalah, namun bukan itu yang utama, karena yang utama adalah menikmatinya. Jadi,
Two Thumbs Up for Man Utd and Arsenal
Keberanian Wenger memasang Gibbs di lini belakang membawa petaka bagi Arsenal. Berawal dari fast break cepat ala United yang dimotori CR7, Ji-Sung Park berhasil menceploskan si kulit bundar ke gawang Almunia pada menit ke-8, sekaligus membawa MU unggul 1-0.
Baru 3 menit berselang, The Funchal Boy, Cristiano Ronaldo berhasil menggandakan keunggulan MU setelah berhasil merobek gawang Almunia lewat 40 Yard Free Kick ala Ronaldo.
Tertinggal 2-0, Arsenal coba mengejar dengan bermain menyerang, namun kurangnya koordinasi dan kokohnya lini pertahanan Red Devils membuat para Young Guns frustasi.
Fast break United terbukti menjadi momok berbahaya bagi Arsenal, terbukti pada menit ke-61 Ronnie kembali memaksa Almunia memungut bola dari gawangnya. Kerja samanya bersama Rooney dan Ji-Sung Park berhasil mengelabui Almunia untuk ke-3 kalinya.
Sekitar 15 menit berselang, Robin van Persie berhasil mengakhiri keperawanan gawang Van der Sar setelah tendangan penaltinya mengelabui kiper veteran asal Negeri Kincir Angin tersebut. Penalti diberikan Roberto Rosetti karena Darren Fletcher dinilai melanggar Fabregas di kotak 16 yang juga mengakibatkan dihadiahkannya kartu merah pada Fletcher.
Pertandingan telah usai dan selalu ada yang menang dan yang kalah, namun bukan itu yang utama, karena yang utama adalah menikmatinya. Jadi,
Two Thumbs Up for Man Utd and Arsenal
Subscribe to:
Posts (Atom)